Faktor-Faktor yang mempengaruhi dalam pergeseran makna menurut ullman
Dalam hubungannya dengan perubahan makna Ullmann (1972 :198-210) lewat Mansoer Pateda menyebutkan beberapa factor yang memudahkan terjadinya perubahan makna, berikut uraiannya:
a. Faktor Kebahasaan
Perubahan makna karena factor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang pada mulanya bermakna budak tetapi karena kata ini berubah menjadi kata saya maka makna kata saya dihubungkan dengan orang pertama dan orang tidak menghubungkan dengan kata budak sehingga maknanya pun menjadi berubah.
b. Faktor Sejarah
Faktor ini dapat dirinci menjadi factor objek, faktor institusi, faktor ide, dan faktor konsep ilmiah. Sebagai contoh factor objek, kata wanita yang sebenarnya berasal dari kata betina. Kata betina selalu dihubungkan dengan hewan. Kata betina dalam perkembangannya menjadi batina lalu fonem /b/ merubah menjadi /w/ sehingga menjadi wanita. Dan kata wanita ini berpadanan dengan kata perempuan dan sekarang orang tidak lagi menghubungkan kata wanita dengan kata hewan.
c. Faktor Sosial
Perubahan makna yang disebabkan karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan Makna kata dalam masyarakat. Misalnya kata gerombolan yang pada mulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang tapi kemudian kata ini tidak disukai lagi sebab selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau. Sebelum tahun 1945 orang dapat saja berkata “ Gerombolan laki-laki menuju pasar”, tetapi setelah tahun 1945 apalagi dengan munculnya pemberontak maka kata gerombolan enggan digunakan bahkan ditakuti.
d. Faktor Psikologi
Faktor psikologi ini dapat dirinci lagi menjadi factor emosi dan kata-kata tabu. Sebagai contoh dari factor tabu misalnya penggunaan kata bangsat. Dahulu makna kata bangsat dihubungkan dengan binatang yang biasa menggigit jika kita duduk di kursi rotan karena binatang itu hidup di sela-sela anyaman rotan. Sekatang kalau orang marah lalu mengatakan, “ Hei bangsat, kenapa hanya duduk?” maka kata bangsat disini tidak lagi diartikan sebagai binatang kecil tapi manusia yang malas yang kelakuannya menyakitkan hati, sehingga ada perubahan makna pada kata tersebut.
e. Pengaruh Bahasa Asing
Perubahan bahasa yang satu dengan yang lain tidak dapat dihindarkan. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara sesame bangsa. Itu sebabnya pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia juga tidak dapat dihindarkan. Pengaruh itu misalnya berasal dari bahasa Inggris yaitu pada kata keran yang berasal dari bahasa Inggris crank yang kemudian dalam bahasa Indonesia bermakna keran yang artinya pancuran air ledeng yang dapat dibuka dan ditutup. Tetapi kalimat “ Engkau masuk departemen dan dapat membuka keran untuk kemajuan daerah kita”. Makna keran tidak lagi katup penutup tapi lebih banyak dikaitkan dengan anggaran.
f. Karena Kebutuhan Kata yang Baru
Telah diketahui bahwa manusia berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut perlu nama atau kata barukarena bahasa adalah alat komunikasi. Kadang-kadang konsep baru itu belum ada lambangnya. Dengan kata lain manusia berhadapan dengan ketiadaan kata atau istilah baru yang mendukung pemikirannya. Kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah tersebut belum ada tapi juga orang merasa bahwa perlu menciptakan kata atau istilah baru untuk suatu konsep hasil penemuan manusia. Misalnya karena bangsa Indonesia merasa kurang enak menggunakan kata saudara maka muncullah kata Anda. Kata saudara pada mulanya dihubungkan dengan orang yang sedarah dengan kita tapi kini kata saudara digunakan untuk menyebut siapa saja.
Referensi
Ullman, Stephen. (2007). Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Dalam hubungannya dengan perubahan makna Ullmann (1972 :198-210) lewat Mansoer Pateda menyebutkan beberapa factor yang memudahkan terjadinya perubahan makna, berikut uraiannya:
a. Faktor Kebahasaan
Perubahan makna karena factor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang pada mulanya bermakna budak tetapi karena kata ini berubah menjadi kata saya maka makna kata saya dihubungkan dengan orang pertama dan orang tidak menghubungkan dengan kata budak sehingga maknanya pun menjadi berubah.
b. Faktor Sejarah
Faktor ini dapat dirinci menjadi factor objek, faktor institusi, faktor ide, dan faktor konsep ilmiah. Sebagai contoh factor objek, kata wanita yang sebenarnya berasal dari kata betina. Kata betina selalu dihubungkan dengan hewan. Kata betina dalam perkembangannya menjadi batina lalu fonem /b/ merubah menjadi /w/ sehingga menjadi wanita. Dan kata wanita ini berpadanan dengan kata perempuan dan sekarang orang tidak lagi menghubungkan kata wanita dengan kata hewan.
c. Faktor Sosial
Perubahan makna yang disebabkan karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan Makna kata dalam masyarakat. Misalnya kata gerombolan yang pada mulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang tapi kemudian kata ini tidak disukai lagi sebab selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau. Sebelum tahun 1945 orang dapat saja berkata “ Gerombolan laki-laki menuju pasar”, tetapi setelah tahun 1945 apalagi dengan munculnya pemberontak maka kata gerombolan enggan digunakan bahkan ditakuti.
d. Faktor Psikologi
Faktor psikologi ini dapat dirinci lagi menjadi factor emosi dan kata-kata tabu. Sebagai contoh dari factor tabu misalnya penggunaan kata bangsat. Dahulu makna kata bangsat dihubungkan dengan binatang yang biasa menggigit jika kita duduk di kursi rotan karena binatang itu hidup di sela-sela anyaman rotan. Sekatang kalau orang marah lalu mengatakan, “ Hei bangsat, kenapa hanya duduk?” maka kata bangsat disini tidak lagi diartikan sebagai binatang kecil tapi manusia yang malas yang kelakuannya menyakitkan hati, sehingga ada perubahan makna pada kata tersebut.
e. Pengaruh Bahasa Asing
Perubahan bahasa yang satu dengan yang lain tidak dapat dihindarkan. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara sesame bangsa. Itu sebabnya pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia juga tidak dapat dihindarkan. Pengaruh itu misalnya berasal dari bahasa Inggris yaitu pada kata keran yang berasal dari bahasa Inggris crank yang kemudian dalam bahasa Indonesia bermakna keran yang artinya pancuran air ledeng yang dapat dibuka dan ditutup. Tetapi kalimat “ Engkau masuk departemen dan dapat membuka keran untuk kemajuan daerah kita”. Makna keran tidak lagi katup penutup tapi lebih banyak dikaitkan dengan anggaran.
f. Karena Kebutuhan Kata yang Baru
Telah diketahui bahwa manusia berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut perlu nama atau kata barukarena bahasa adalah alat komunikasi. Kadang-kadang konsep baru itu belum ada lambangnya. Dengan kata lain manusia berhadapan dengan ketiadaan kata atau istilah baru yang mendukung pemikirannya. Kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah tersebut belum ada tapi juga orang merasa bahwa perlu menciptakan kata atau istilah baru untuk suatu konsep hasil penemuan manusia. Misalnya karena bangsa Indonesia merasa kurang enak menggunakan kata saudara maka muncullah kata Anda. Kata saudara pada mulanya dihubungkan dengan orang yang sedarah dengan kita tapi kini kata saudara digunakan untuk menyebut siapa saja.
Referensi
Ullman, Stephen. (2007). Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Post a Comment
Post a Comment