Sebelum membahas mengenai hubungan antara teks, koteks dan kontek dengan Kajian Wacana, terlebih dahulu dipahami apa itu teks, koteks dan konteks.
Banyak ahli mendefinisikan apa itu teks. Namun, singkatnya, Juez (2009: 6) mengatakan secara umum istilah teks
digunakan terbatas pada bahasa tulis. Definisi koteks, Kridalaksana (2011: 137) berpendapat bahwa koteks dapat diartikan sebagai kalimat
atau unsur-unsur yang mendahului dan/atau mengikuti sebuah unsur lain dalam
wacana. dan teakhir, Halliday & Hasan (1994) mengatakan bahwa konteks
berarti “something accompanying text”,
yaitu sesuatu yang inheren dan hadir bersama teks, sehingga dapat diartikan
konteks sebagai situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi.
Lalu bagaimana hubunganya antara ketiga hal tersebut dengan kajian wacana? secara ringkas ditulis sebagai berikut:
Stubbs (1983:9) yang mengatakan teks dan wacana
merupakan dua hal yang berbeda. Teks merupakan tuturan yang monolog
non-interaktif, sedangkan wacana adalah tuturan yang bersifat interaktif. Dalam
konteks ini, teks dapat samakan dengan naskah, misalnya naskah-naskah materi
kuliah, pidato, dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
perbedaan antara teks dan wacana itu terletak pada jalur atau segi pemakaiannya
saja.
Ko-teks dapat menjadi alat bantu untuk menganalisis wacana. Dalam wacana
yang cukup panjang sering sebuah kalimat harus dicarikan informasi yang jelas
pada bagian kata yang lainnya. Sedangkan konteks dapat dianggap sebagai sebab atau alasan terjadinya suatu
pembicaraan, dialog, atau teks.
Hubungan antara
teks, koteks dan konteks dengan kajian
wacana sangatlah erat atau selalu berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya koteks dalam struktur wacana menunjukkan
bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan lengkap. Kemudian, dengan adanya
konteks, maka munculah sebuah wacana yang terdiri dari teks-teks. Hal tersebut
dikarenakan makna yang terealisasi di dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai
bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana terbentuknya teks.
Post a Comment
Post a Comment