Analisis wacana dan Analisis
Wacana Kritis (AWK) sebenarnya tidak berbeda jauh. Analisis wacana lebih
mengacu kepada lingkup linguistiknya dan belum dikaitkan dengan aspek – aspek
lain. Disisi lain, Analisis Wacana Kritis (AWK) sudah ada kaitanya dengan aspek
– aspek kajian lain, misalnya kaitanya dengan budaya, sejarah, gender, dst.
AWK sendiri banyak dipakai
oleh peneliti guna menelisik lebih dalam mengenai suatu wacana. Namun, analisis
wacana tetap digunakan yakni sebagai pengungkap aspek linguistik dan kemudian
baru dikaitkan dengan aspek – aspek tertentu, tergantung kepada tujuan
penelitian. Misalnya saja pada judul penelitian “Representasi Gender dalam
Ungkapan berbahasa Indonesia dan Bahasa Inggris”. Pertama diungkap terlebih
dahulu pada sisi linguistik yakni ungkapan berbahasa Indonesia dan Inggris.
Langkah kedua yakni mengkorelasi atau menganalisis ungkapan tersebut dengan
representasi gender. Dalam hal ini, bisa digunakan teori dari Feminist
stylistic approach dari Sara Mills. Sara Mills sendiri menganalisa mengenai
gender atau gambaran wanita didalam suatu teks.
Ada berbagai macam definisi
dari AWK, misalnya saja dari Van Dijk yang menyatakan bahwa AWK merupakan suatu
penelitian analisis wacana yang menitikberakan kepada kajian tentang bagaimana
penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ketidaksetaraan itu dibuat, diproduksi,
dan ditolak melalui lisan didalam konteks sosial dan politik. Van Dijk melihat
AWK dengan teorinya yang dikenal dengan Socio-coginitive Approach. Jika dilihat
dari definisi menurut Van Dijk, maka AWK lebih menitik beratkan kepada
individu-individu yang memproduksi suatu teks atau wacana.
Namun, alangkah lebih bijak
jika kita melihat berbagai macam definisi dari berbagai ahli mengenai AWK dan
bagaimana menganalisa wacana dalam AWK. Ada banyak ahli yang membahas mengenai
AWK. Lima diantaranya yakni, Van Dijk, Sara Mills, Ruth Wodak, Theo Van
Leeuween dan Norman Fairclough. Kelima ahli tersebut memiliki teori
masing-masing dan pandangan mengenai AWK.
gak ngerti, njlimet
ReplyDelete