Seorang
teman pernah bertanya, eh dikalimantan itu menakutkan ya? Sukunya tu bisa makan
orang alias kanibal? Suku Dayak di Kalimantan tu suka penggal orang… Pernah
juga teman mengatakan bahwa Kalimantan itu masih hutan, alias primitif. Saya
sich pengen ke Kalimantan, tapi takut… begitu kata teman….
Alasan
dan jawaban mereka sederhana, dapat/ baca berita/informasi di Tv atau informasi
dikoran-koran or cerita-cerita.
Pernah
suatu ketika melihat timeline di medsos, ada satu artikel website berjudul
kisah dayak pemakan manusia atau ular yang besar memakan manusia.
Tentu
bagi saya yang notabene lahir dan besar di Kalteng, saya merasa, ah cerita
lama, Kalimantan sekarang sudah berbeda… sudah lebih maju.
Namun
bagi mereka yang ingin melihat Kalimantan melalu media / berita, tentu mereka
akan terpengaruh oleh apa yang mereka baca.
Nah
disini, bingkai atau frame berita yang membuat masyarakat melihat Kalimantan itu
serba primitf, serba menakutkan…
So, dalam tulisan ini saya kasih gambaran berita, framing dan akibat dari framing…
Menurut
Tuchman dalam bukunya making news menyatakan bahwa “berita adalah jendela dunia”.
So, melalui berita kita dapat melihat kondisi situasi diberbagai belahan dunia.
Namun,
apa yang kita lihat, rasakan, ketahui tentang dunia lewat berita bergantung
kepada jendela yang kita pakai. Apakah jendela itu besar atau kecil. Dengan jendela
yang besar, tentu kita akan melihat dunia lebih luas, sebaliknya, dengan
jendela tentu pemandangan or pandangan kita menjadi terbatas. Apalagi jika
ditambah jendela itu berjerugi atau teralis dan ditambah lagi gorden.
Faktor
lain lagi, jika jendela itu dapat dibuka lebar atau tidak. Sehingga timbul
pertanyaan, melalui jendela tsb, apakah kita dapat melihat dunia secara bebas
dan luas? Atau kita hanya sekedar mengintip dari dalam? Nah begitulah ilustrasi
jendela dalam berita, Jendela itu yang disebut dengan Frame (bingkai).
Layaknya
sebuah jendela, seringkali ada batasan atau hambatan pandangan kita dalam
melihat dunia luar atau realitas yang sebenarnya. Berikut contoh framing dan
akibatnya.
Artikel
mengenai Islam di Barat berjudul “Covering
Islam: How the media and the expert determinate how we see the rest of the
world” ditulis oleh Edward W. Said. Artikel tersebut sudah lama ditulis,
yakni pada tahun 1981. Namun, akan memberikan gambaran mengenai Islam itu
seperti apa dalam penggambaran media Barat waktu itu dan efeknya dapat kita
nilai hingga sekarang.
Menurut
Said, Media – media barat waktu itu menggambarkan Islam dengan pandangan yang
ortodoks. Dalam KBBI, ortodoks berarti 1) berpegang teguh pd peraturan dan
ajaran resmi, msl dl agama; 2 kolot; berpandangan kuno), dalam hal ini Agama
Islam itu digambarkan sebagai sesuatu yg kuno atau kolot. Bahkan Islam juga digambarkan
dengan kegarangan dan Tradisional.
Menurutnya,
narasumber berita juga dengan orang yang itu-itu saja alias sama, pakar juga
itu-itu saja, dan dengan pandangan buruk terus menerus.
Islam
Identik dengan potong tangan atau hukuman rajam yang tidak manusiawi dan
orang-orangnya culas serta teroris. Mungkin hingga hari ini, Islam sebagai
teroris masih melekat akibar framing ini. Selain itu, Islam juga identik dengan
timur tengah, wilayah yang secara geografis sangat jauh dari lokasi mereka. Hanya
segelintir orang yang pernah mengunjungi atau paling tidak belajar serius
mengenai timur tengah dan Islam.
Dalam
hal ini, media adalah sarana yang paling dominan bagaimana wilayah itu
digambarkan dan ditampilkan, dan akhirnya hal tersebut memenuhi imajinasi,
impian dan stereotip tentang Islam.
Lalu
bagaimana Islam menurut media Barat dewasa ini? Tentu anda dapat melakukan
peneliaian sendiri, dan buka jendela anda lebar-lebar untuk melihat dunia anda.
Meski Artikel tersebut dokumen lama dan ditulis sekitar 36 tahun lalu, namun
terlihat bagaimana penggambaran Islam oleh media Barat dan Efek dari Framing
hingga sekarang.
Hal
tersebut ditambah dengan kejadian 9/11. Dimana dua pesawat menabrak gedung
WTC, dan ditengarai bahwa itu adalah aksi teororisme serta dilakukan oleh
orang-orang Islam. Bagaimana media barat memberitakan or frame, anda tentu
dapat membuka berita or media melalui smartphone anda.. dan menilai sendiri, hal ini tentu mudah bukan.
Hal
yang sama berlaku di Indonesia. Masyarakat Melayu atau Dayak yang sadis pernah dipertontonkan
jika membaca Koran. Apalagi berkaitan dengan kerusuhan dibeberapa wilayah Kalimantan
terutama Kalteng tahun 2000an. Apa yang tergambar mengenai kerusuhan antar suku
itu kita peroleh melalui media dan jarang kita melihat ataupun mengalaminya
langsung.
Saya
waktu itu masih kelas 6 SD, tentu saya tahu dan mengalami. Saya juga telah
berdiskusi dengan salah seorang teman, bahwa hingga sekarang apa penyebab masih
simpang siur alias belum jelas. Namun jika anda membuka YouTube dan beberapa
website, maka sungguh anda diperlihatkan bagaimana kengerian yang terjadi saat
itu.
Hal
tersebut membuat atau yang tergambar dibenak seorang teman yang takut akibat
media padahal dia belum pernah sama sekali mengunjungi dan berinteraksi dengan
suku dayak di Kalimantan.
Suku
Dayak juga digambarkan sebagai tinggal didalam hutan, tidak memakai pakaian
atau masih serba kuno. Kalau baca dikoran, medsos atau media lain, seringkali
kita masih menemui berita tersebut, mengenai kengerian perang antar suku, Mandau
melayang, memakan manusia, masih primitive, dll. sehingga jika kita membuka
suatu media mengenai suku dayak maka yang muncul dalam benak adalah bagaimana
orang Dayak itu begitu biadab dan sadis.
Padahal, realitas
dilapangan tidak demikian.
Nah,
Pandangan seperti ini dibentuk oleh media, lebih khusus lagi frame mengenai
bagaimana peristiwa itu dilihat, kemudian ditampilkan, ditonjolkan oleh media
tentang peristiwa, aktor atau kelompok tertentu.
Begitulah
Framing, membentuk dan membuat sesuatu, media dan berita sebagai jendela kita
melihat dunia. Jika jendela kita buka lebar dan luas, maka kita akan lebih luas
lagi melihat dunia kita.
Ini
hanya bagian pengantar mengenai framing, pada artikel selanjutnya akan dikupas
mengenai framing dan berita….
Referensi
:
Eriyanto.
(2002). Analisis Framing : Konstruksi,
Ideologi, dan Politik Media,. LKIS : Yogyakarta.
Tuchman,
Gaye. (1978). Making News: A study in the
Construction of Reality,. The free Press : New York.
Said,
Edward W,. (1981). Covering Islam: How
the Media and the Expert Determinate How We See the Rest of the World.
Pantheon Books : New York.
Post a Comment
Post a Comment