PERGESERAN MAKNA TERJEMAHAN SUBTITLE BAHASA INGGRIS
FILM
PRODUKSI
KALIWOOD PALANGKA
RAYA
Choirul Fuadi, S.Pd.I
(15706251018)
Linguistik Terapan, Program Pasca
Sarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
Email: choirulfuadi78@outlook.com
Abstrak
Artikel ini mengenai pergeseran
makna terjemahan subtitle bahasa
inggris film produksi Kaliwood
Palangka Raya. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan; a) Jenis
pergeseran makna yang terdapat pada subtitle film pendek Kaliwood Palangka Raya b) Pergeseran
makna yang paling dominan dalam penerjemahan subtitle film pendek kaliwood Palangka Raya c) Kelengkapan
informasi dalam subtitle dibandingkan
dengan bentuk lisan dalam film pendek Kaliwood Palangka raya d) Faktor
yang menyebabkan terjadinya pergeseran makna dalam subtitle film pendek Kaliwood Palangka Raya. Deskriptif kualitatif digunakan dalam artikel ini. Data berasal dari
empat film Kaliwood Palangka Raya tahun 2015 yang berjudul Nagabonar Peduli Asap, Hayati, Jangan Kesini
Nanti Bisa Mati dan Nyimeng Asap.
Data di analisis dengan kriteria pergeseran makna, yakni 1) generalization,
2) specification, 3) substitution, 4) reversal, dan 5) deviation. Dari hasil analisa data, didapatkan empat kesimpulan. Pertama, Pergeseran makna yang terjadi didalam penerjemahan subtitle film pendek Kaliwood
Palangka Raya
yakni deviation sebanyak 2 data (9%),
substitution sebanyak 13 data (59%),
specification sebanyak 1 data (4.5%),
dan generalization (27.5%), sedangkan reversal
tidak ditemukan. Kedua, Kategori pergeseran makna yang paling dominan dalam
penerjemahan subtitle film pendek
Kaliwood Palangka Raya adalah substitution. Ketiga, ditemukan informasi yang ditambahkan, dikurangi dan
dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan konteks situasi dialog dalam film.
Keempat, ditemukan lima faktor yang menyebabkan pergeseran makna dalam
penerjemahan subtitle film pendek
Kaliwood Palangka Raya, yakni faktor gramatik, faktor kebahasaan, faktor konvensional
implikatur, faktor sosial masyarakat, dan faktor bahasa asing.
Kata Kunci
: Pergeseran Makna, Subtitle,
Kaliwood Film Palangka Raya
Pendahuluan
Perkembangan industri film pendek
semakin berkembang cepat. Sejumlah produsen film memproduksi film pendek dan
mengunggahnya ke youtube dan media
sosial lainnya. Salah satunya produsen film pendek Kaliwood
Palangka Raya. Kaliwood Palangka Raya memproduksi film pendek yang berjudul Nagabonar Peduli Asap, Hayati, dan Jangan Kesini Nanti Bisa Mati. Film-film
tersebut mempunyai kesamaan tema yakni mengenai kabut asap yang terjadi di
bulan agustus 2015 di kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
Film-film tersebut disajikan
dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahasa Indonesia
digunakan oleh para tokoh dalam berdialog dan selanjutnya sebagai bahasa sumber
(Bsu), sedangkan bahasa Inggris digunakan sebagai subtitle dan selanjutnya digunakan sebagai bahasa sasaran (Bsa).
Dengan demikian, pononton dapat menonton dalam dua
bahasa.
Teguh (2014) mendefiniskan screen Translation atau biasanya disebut
dengan subtitling, yakni penerjemahan
ini mengolah data input berupa bahasa
lisan yang diucapkan oleh tokoh dalam sebuah film drama, atau bentuk penyajian
yang lain yang menjadi output berupa tulisan dan kemudian muncul dalam layar
monitor. Gambier dalam Hastuti (2011:58)
menyatakan bahwa subtitling adalah terjemahan dialog film yang di tuliskan di
bagian bawah pada film tersebut. tujuan ‘subtitling’
adalah membantu pemirsa untuk
menikmati sebuah film,
apakah itu film
dokumenter atau cerita, drama, aksi, dan lain-lain.
Hastuti (2015) menjelaskan bahwa
dalam suatu subtitling, penerjemah
berhadapan dengan suatu fenomena unik yakni
teks sumber adalah sebuah
teks lisan yang didukung oleh
setting tempat, ilustrasi musik, mimik
tokoh dan sebagainya
dan ia harus menerjemahkan teks
lisan tersebut menjadi teks
tulis. Kemudian, didalam penerjemahan, makna suatu “teks” akan dipengaruhi oleh
kontek situasi, sedangkan kontek situasi akan dipengaruhi oleh kontek budaya.
Didalam proses penerjemahan, kontek situasi dan pemahaman lintas budaya merupakan bekal utama yang harus dimiliki
oleh penerjemah sehingga
ia akan mampu
memilih strategi penerjemahan
yang tepat. Hal ini senada dengan Newmark (1988)
menyatakan bahwa teks yang diproduksi itu selalu melibatkan individu, budaya,
dan univeral sebagai ciri bahasa, sehingga
penerjemah
dalam menerjemahkan harus memahami dan memiliki latar belakang mengenai Bahasa
sasaran dan bahasa sumber.
Dalam proses penerjemahan perlu
dilakukan penyesuaian dalam menentukan strategi, metode penerjemahan, dan
sasaran penerjemahan. Tanjung (2015) menyebutkan bahwa teknik dalam
penerjemahan terdiri atas adaptasi, ekuivalensi, transposisi, dan modulasi. Kemudian Halliday
dalam Newmark (1991) menyatakan tiga tahap yang berkaitan dengan penerjemahan,
yaitu sebagai berikut: a) Kesetaraan atau kesepadanan tiap-tiap
bagian yang ada dalam teks sumber dan teks sasaran,
b) Peninjauan kembali baik dalam maupun di
luar lingkup linguistik untuk mempertimbangkan situasi atau kondisi teks sumber
dan teks sasaran, c) Peninjauan
kembali dalam segi atau fitur-fitur gramatikal dan leksikal pada teks sasaran.
Seringkali ditemui terjadinya
perubahan makna dalam penerjemahan. Mujiyanto dalam Agustine (2014) menjelaskan
ada lima model pergeseran makna yakni 1) generalization,
2) specification, 3) substitution, 4) reversal, dan 5) deviation. Hal
tersebut juga telihat dengan adanya teknik penerjemahan yang di gunakan oleh
penerjemah.
Dalam hal pergeseran
makna, Riemer (2010) menyatakan bahwa ada dua sumber yang menyebabkan
terjadinya pergeseran makna, yakni adanya peran dari conventionalization of implicature dan grammalization. Senada dengan Riemer, Aminuddin (2008) menyatakan
bahwa faktor gramatik juga mempengarhui pergeseran makna. Aminuddin (2008)
memberikan contoh pada penggunaan kata ibu akibat mengalami relasi gramatik
dengan kota akhirnya tidak merujuk pada “wanita” tetapi pada tempat atau
daerah.
Nugraheni (2006) menyatakan bahwa
kemajuan ilmu dan
pengetahuan merupakan salah
satu faktor yang
menyebabkan terjadinya
perubahan makna. Kemudian suwandi
dalam putra (2015) mengungkapkan bahwa perubahan makna bahasa memang tidak
dapat dihindari, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu 1) faktor
linguistik, 2) faktor kesejarahan, 3) faktor sosial masyarakat, 4) faktor psikologis, 5) faktor
kebutuhan kata baru, 6) faktor
perkembangan ilmu dan teknologi, 7) faktor bahasa asing, 8) faktor asosiasi, 9)
faktor tanggapan indera, 10) faktor perbedaan tanggapan pemakai bahasa, 11) faktor penyingkatan.
Berdasarkan
masalah diatas, artikel ini akan memaparkan; a) Jenis
pergeseran yang terdapat pada subtitle
film pendek Kaliwood Palangka Raya b) Pergeseran
makna yang paling dominan terjadi dalam penerjemahan subtitle film pendek kaliwood Palangka Raya c) Kelengkapan
informasi dalam subtitle dibandingkan
dengan bentuk lisan dalam film pendek Kaliwood Palangka raya d) Faktor
yang menyebabkan terjadinya pergeseran makna dalam subtitle film pendek Kaliwood Palangka Raya.
Kajian Teori
Kaliwood
Palangka Raya
Kaliwood Palangka Raya merupakan Sebuah komunitas yang
mewadahi para generasi muda kreatif Palangka Raya di bidang perfilman. Berawal
dari sebuah visi untuk membangun industri perfilman di Palangka Raya sejak
2012, Kaliwood akhirnya berdiri sebagai komunitas, wadah, dan saluran bagi para
pecinta film Palangka Raya di tanggal 18 Maret 2013 yang diprakarsai oleh 8
anak muda. Channel ini menayangkan sejumlah karya kreatif dari Kaliwood secara
berkala (Channel Kaliwood dapat di akses di;
https://www.youtube.com/channel/UCFh-vi_j5Ml313P9G9zTk7A).
Kabut asap
akibat dari kebakaran Kalteng, membuat kumonitas komunitas pembuat film
Palangkaraya, Kaliwood turut geram dengan. Merekapun tergerak menyuarakan lewat
film. Mereka merancang ide pembuatan film pendek tentang melawan kabut asap dan
kebakaran hutan dengan pendekatan komedi satire.
Beberapa film mereka adalah Nagabonar Peduli Asap,
Berasap, Hayati, Jangan Kesini Nanti Bisa Mati dan Nyimeng Asap. Semua film
mereka sebut sebagai sketsa Kaliwood dan dibuat dengan gaya komedi satire.
Mereka ingin mengajak penikmat film tertawa cerdas. Kecerdasan dimaksud
Kaliwood adalah kemampuan pemirsa mencerna pesan kritis di balik aksi lucu
pemain. Menyindir dalam parodi tawa. Para pengguna media sosial adalah target
pemirsa Kaliwood (http://www.mongabay. co.id/ 2015/10/16/inilah-film-film-melawan-asap-anak-muda-kalteng/).
Definisi
Penerjemahan
Catford
(1965) mendefiniskan
penerjemahan sebagai pengalihan materi teks yang ekuivalen dalam satu bahasa ke
dalam bahasa yang lain. Nida dan Taber (1982) mendefinisikan penerjemahan sebagai reproduksi kedalam
bahasa sasaran senatural mungkin dalam hal makna dan gaya. Sedangkan menurut
Larson (1984)
mendefiniskan kata menerjemahkan berarti penerjemah mempelajari leksikon,
struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks BSu.
Teknik
Penerjemahan
Vinay
dan Darbelnet dalam Tanjung (2015) menjelaskan dua macam strategi penerjemahan,
yakni Penerjemahan langsung dan tidak langsung. Penerjemahan Langsung terdiri
atas Borrowing, Calque, dan Literal translation. Sedangkan
penerjemahan tidak langsung terdiri atas Transposisi, Modulasi, Ekuivalensi,
dan Adaptasi.
Jenis
Pergeseran Makna
Machali (2009) mengungkapkan
bahwa terdapat pergeseran, penyesuaian dan pemadanan akibat proses
penerjemahan. Mujiyanto dalam Agustine (2014) menjelaskan ada lima model
pergeseran makna yakni 1) generalization,
2) specification, 3) substitution, 4) reversal, dan 5) deviation.
Pertama, Subtitution terjadi
ketika penerjemah mengganti kata yang spesifik atau ekspresi dari bahasa sumber
kedalam bahasa sasaran. Kedua, specification yakni
seorang penerjemah mengganti kata yang bermakna umum dalam bahasa sumber
diterjemahkan menjadi yang lebih spesifik. Ketiga, Generalization terjadi
ketika seorang penerjemah mentransfer kata yang bermakna spesifik dalam bahasa
sumber menjadi kata yang bermakna umum dalam bahasa target. Keempat, Reversal
dilakukan karna kata yang ada dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran itu
berlawanan atau sebaliknya. Kelima, deviation terjadi ketika
ada perubahan fokus dan bentuk lain yang mungkin berubah atau kurangnya
hubungan antara bentuk dan makna.
Faktor Yang Mempengaruhi Pergeseran makna
Riemer (2010) menyatakan bahwa
ada dua sumber yang menyebabkan terjadinya pergeseran makna, yakni adanya peran
dari conventionalization of implicature
dan grammalization. Aminuddin (2008) juga
menyatakan bahwa faktor gramatik juga mempengaruhi
pergeseran makna, seperti pada contoh penggunaan kata ibu
akibat mengalami relasi gramatik dengan kota akhirnya tidak merujuk pada
“wanita” tetapi pada tempat atau daerah.
Nugraheni
(2006) menyatakan bahwa kemajuan
ilmu dan pengetahuan
merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
makna. Kemudian suwandi dalam putra (2015) mengungkapkan 11 faktor yang mempengaruhi pergeseran makna, yaitu 1) faktor
linguistik, 2) faktor kesejarahan, 3) faktor sosial masyarakat, 4) faktor psikologis, 5) faktor kebutuhan kata baru, 6) faktor perkembangan ilmu dan
teknologi, 7) faktor bahasa asing, 8) faktor asosiasi, 9) faktor tanggapan
indera, 10) faktor perbedaan tanggapan pemakai bahasa, 11) faktor penyingkatan.
Subtitle
Teguh (2014) mendefiniskan screen Translation atau biasanya disebut
dengan subtitling, yakni penerjemahan
ini mengolah data input berupa bahasa
lisan yang diucapkan oleh tokoh dalam sebuah film drama, atau bentuk penyajian
yang lain yang menjadi output berupa tulisan dan kemudian muncul dalam layar monitor. Gambier dalam Hastuti (2011:58)
menyatakan bahwa subtitling adalah
terjemahan dialog film yang di tuliskan di bagian bawah pada film tersebut dan bertujuan
membantu pemirsa untuk
menikmati sebuah film,
apakah itu film
dokumenter atau cerita, drama, aksi, dan lain-lain.
Hastuti (2011) juga menjelaskan
bahwa dalam suatu subtitling,
penerjemah berhadapan dengan suatu fenomena unik yakni teks sumber adalah sebuah teks
lisan yang didukung oleh setting tempat, ilustrasi musik, mimik tokoh dan
sebagainya dan ia
harus menerjemahkan teks lisan
tersebut menjadi teks tulis. Kemudian perlu
menerapkan strategi dalam penerjemahan subtitling.
Haryanto
dalam Hastuti (2011) memaparkan 10
strategi yang dapat digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan subtitle film. Strategi-strategi
tersebut adalah sebagai berikut: a) Penambahan
(expansion), yakni penambahan
mengandung maksud penambahan keterangan
diterjemahannya, b) Parafrase (paraphrase), yakni pada strategi ini, penerjemah menerangkan bagian dari kalimat sesuai dengan
pengertiannya sendiri. c) Transfer (transfer), yakni penerjemahan harfiah,
apa adanya, tidak ada keterangan tambahan, tidak ada pengubahan sudut pandang,
dan tidak ada penafsiran yang berani. d) Imitasi
(imitation), yakni suatu strategi
dimana penerjemah menulis ulang kata
dalam naskah asli apa adanya, biasanya untuk nama orang atau nama tempat. e) Transkripsi
(transcription), yakni menulis ulang
penggunaan tertentu untuk memenuhi fungsi tekstual akan bagaimana bahasa
tersebut digunakan.
f) Pemampatan
(condensation), yakni naskah asli
diringkas untuk menghilangkan ucapan - ucapan yang menurut subtitler tidak begitu penting. g) Desimasi
(desimation), yakni pemampatan yang
ekstrem, biasanya dilakukan untuk menerjemahkan
tokoh yang sedang bertengkar hebat dengan kata-kata yang cepat. h) Penghapusan
(deletion), yakni sebagian naskah
asli dihapus dari terjemahannya karena dipercaya bahwa bagian itu hanya
tambahan yang tidak perlu. i) Penjinakan (taming), yakni digunakan untuk
menerjemahkan kata-kata yang kasar sehingga menjadi kata-kata yang bisa
diterima oleh pemirsa. j) Angkat tangan (resignation), dilakukan ketika tidak ditemukan solusi
penerjemahannya dan makna pun ikut hilang atau dengan kata lain ‘tidak
diterjemahkan’.
Dalam
penerjemahan subtitle, ada beberapa kesulitan yang mungkin dihadapi oleh
penerjemah. Hastuti (2011) mengungkapkan kesulitan penerjemahan subtitle yakni dari segi bahasa dan
budaya, makna pragmatik, dan segi media. Pertama, dari segi bahasa
dan budaya, kesulitan yang mungkin dihadapi adalah dalam hal acuan kultural,
idiom, permainan kata, sindiran humor dan makna pragmatik.
Kedua, dalam hal makna pragmatik, penerjemah
sering menjumpai kesulitan mencari terjemahan yang dapat menggambarkan hubungan
antara dua tokoh, terutama tokoh-tokoh yang memakai dialek tertentu. Ketiga, dari
segi media, ada dua hal yang menyulitkan dalam subtitling yakni pembatasan waktu dan tempat (layout).
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif
deskriptif dilakukan dengan prosedur pengumpulan data yang berupa pergeseran makna,
dan kemudian akan mencoba menjawab permasalahan tentang pergeseran makna
tersebut dengan menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan data-data
tersebut.
Moleong
(2000: 18) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif deskriptif bersandarkan pada
data-data yang berupa kalimat bukan berupa data numerik atau statistik dengan
mendeskripsikan analisis. Hastuti (2015) memaparkan bahwa penelitian
kualitatif bersifat deskriptif, artinya
data terurai dalam bentuk kata-kata atau
gambar-gambar, bukan dalam bentuk angka - angka. Kesesuaian ciri
pendekatan kualitatif dengan penelitian
ini juga terletak pada wujud data yang dimiliki. Data dalam penelitian ini
berupa unit terjemahan yang berwujud bentuk - bentuk lingual (kata, frasa dan
klausa).
Setting Penelitian
Setting
penelitian
berupa empat film yang berjudul Nagabonar
Peduli Asap, Hayati, Jangan Kesini Nanti Bisa Mati dan Nyimeng Asap produksi Kaliwood Palangka Raya tahun 2015, dalam
bentuk subtitle bahasa Inggris dan dialog dalam bahasa Indonesia.
Data
Sumber
data berasal dari subtitle bahasa
Inggris dalam empat film produksi Kaliwood Palangka Raya tahun 2015 yang
berjudul Nagabonar Peduli Asap, Hayati,
Jangan Kesini Nanti Bisa Mati dan
Nyimeng Asap. Data di analisis dengan kriteria pergeseran makna, yakni 1) generalization,
2) specification, 3) substitution, 4) reversal, dan 5) deviation (Mujiyanto
dalam Agustine: 2014)
Instrumen dan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik menyimak dialog dan
membaca subtitle Bahasa Inggris
digunakan untuk mendapatkan data berupa pergeseran makna dalam film. Dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film-film tersebut kemudian
dilakukan pencatatan subtitle dari percakapan tersebut. Data yang
diperoleh kemudian dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan judul film, dan waktu
percakapan atau kemunculan subtitle.
Validitas Data
Dalam penelitian, untuk menguji
keabsahan data hanya akan menggunakan triangulasi Teknik. Data yang ditemukan
ditampilkan dalam kolom, kemudian dicocokan dengan kamus serta menggunakan Back Translation (penerjemahan
kembali) untuk membandingkan teks asli
dan teks terjemahan (Agustine ; 2014).
Analisis Data
Ada
beberapa langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini. Pertama,
menyimak dan membaca subtitle film
untuk mendapatkan makna dan mendapatkan data. Kemudian, mencari arti kata dari
setiap kata yang dianalisa menggunakan kamus Oxford Learner’s pocket Dictionary
and Kamus English-Indonesian karya John Ecol and Hasan Sadili, serta Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Setelah itu, membuat penerjemahan kembali dari
bahasa target. Hasil penerjemahan kembali dibandingkan
dengan bahasa sumber, sehingga bisa menjawab rumusan masalah.
Hasil dan Pembahasan
a.
Jenis
pergeseran dalam subtitle film pendek
Kaliwood Palangka Raya
Dari
data transkrip film dan subtitle,
ditemukan pergeseran makna dari objek. Pergeseran makna
tersebut yakni deviation sebanyak 2, substitution sebanyak 13 data, specification sebanyak 1 data, dan generalization sebanyak 4 data, sedangkan
untuk jenis pergeseran makna reversal tidak ditemukan dalam penerjemahan subtitle kaliwood Palangka Raya.
1. Substitution
Subtitution terjadi ketika
kata atau kalimat yang spesifik dalam bahasa sumber, digantikan dengan bahasa
target dalam proses penerjemah supaya sesuai dengan aturan sistem bahasa
sasaran dan berterima dalam bahasa sasaran.
Tabel 3.1 Subtitution
No
|
Data
Bahasa Sumber
|
Data
Bahasa Sasaran
|
Penerjemahan
Kembali
|
1
|
Aku
sanggup menahan semua perih ini. asalkan engkau mau memafkan segala khilafku,
zainuddin (hayati : 0:18)
|
I
can bear all these pains, as long as you forgive all my mistake
|
Saya
dapat menahan semua rasa sakit ini selama kamu memaafkan semua kesalahanku
|
2
|
Zainuddin,
tega nian kah kau pada perempuan yang bertubi-tubi dirundung pilu ini?
(Hayati : 0:38)
|
Zainuddin.
How can you be so cruel to this woman, whom she bears pain and scars?
|
Zainuddin,
bagaimana kamu bisa sekejam itu pada wanita ini, yang menahan perih dan luka?
|
Pada kalimat
pertama kata “perih” bisa berarti “pedih atau kepedihan” (poignant), akan tetapi diterjemahkan sebagai “pains” (rasa sakit). Jika dilihat dalam konteks cerita, kata
‘perih’ berarti “rasa sakit didalam hati”. Kemudian kata “perih” (poignant) diterjemah sebagai “pains” (rasa sakit).
Pada kalimat kedua, kata “dirundung pilu” (afflict a heartbroken) diterjemahkan
menjadi “bears pain and scars” yang
berarti menanggung perih dan luka. Dalam konteks dialog, pelaku mengalami perih
dan luka.
2.
Deviation
Deviation
mencakup perubahan dalam hal makna dalam yang terjadi karna aspek berbeda dalam
bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan, deviation merupakan perubahan kata dari
rangkaian atau berubah dari yang biasanya. Ini terjadi ketika ada perubahan
fokus dan betuk lain yang mungkin berubah atau kurangnya koneksi antara bentuk
dan makna.
Tabel 3.2 Deviation
No
|
Data
Bahasa Sumber
|
Data
Bahasa Sasaran
|
Penerjemahan
Kembali
|
1
|
Tidak,
nanti, capek (Nb; 00;29)
|
Not
now, later, I’m tired
|
Tidak
sekarang, nanti, saya capek.
|
Dalam kalimat terjadi perubahan
makna yakni deviation. Hal ini terlihat dari kalimat ‘tidak, nanti, capek,”
dalam bahasa sumber kemudian diterjemahkan menjadi ‘not now, later, I’m tired,’ dalam bahasa sasaran. Jika ditinjau
ulang penerjemahan, maka kata ‘capek’ akan bermakna ‘saya capek,’. Hal ini
terjadi karna aspek dan sistem bahasa berbeda dalam bahasa sumber dan bahasa
sasaran dalam hal makna dan gaya. Dalam bahasa sasaran (Inggris), sistem
kalimat wajib menggunakan subjek predikat dan
objek, sedangkan dalam sistem bahasa Indonesia, kebanyakan orang tidak
menggunakan subjek dan predikat dalam percakapan dan komunikasi. Karna
perbedaan konsep, sehingga terjadi deviation.
3.
Specification
Specification adalah
perubahan dari kata atau frasa yang bermakna umum dari bahasa sumber, dan
kemudian diterjemahkan kedalam kata atau frasa yang bermakna lebih spesifik
kebahasa yang lain atau bahasa sasaran. Dengan kata lain, dalam specification, seorang penerjemah mengganti
kata yang bermakna umum dalam bahasa sumber diterjemahkan menjadi yang lebih
spesifik.
Tabel 3.3 Specification
No
|
Data
Bahasa Sumber
|
Data
Bahasa Sasaran
|
Penerjemahan
Kembali
|
1
|
Atau
karna mereka semua itu pakai roda empat (NB : 1;06’)
|
Or
it is because they all use cars?
|
Atau
apakah mereka semua memakai mobil?
|
Dari
kalimat ini, frasa “atau
karna mereka semua itu pakai roda empat” dari
bahasa sumber yang kemudian diterjemahkan menjadi ‘or it is because they all use cars?’. Namun jika kita melihat
kedalam penerjemahan kembali akan terlihat menjadi ‘atau apakah mereka semua
memakai mobil?’. Kata ‘roda empat’ dalam bahasa sumber berubah menjadi kata
‘mobil’ dalam bahasa sasaran. Kata ‘roda empat’ masih bersifat umum, apakah itu
berarti makna beruba kendaraan atau benda yang lain. kemudian penerjemah
menafsirkan menjadi kata ‘mobil’. Hal ini sesuai dengan konteks situasi yang
terjadi dalam naskah dialog, yakni ketika Nagabonar melihat banyak mobil melintas
di jalan raya. Namun, perubahan dari makna yang luas menjadi makna yang lebih
spesifik berarti telah terjadi specification
dalam proses penerjemahan.
4.
Generalization
Generalization adalah
perubahan kata yang mempunyai makna yang spesifik kedalam makna yang lebih
umum. Generalization terjadi ketika
seorang penerjemah mentransfer kata yang bermakna spesifik dalam bahasa sumber
menjadi kata yang bermakna dalam bahasa target.
Tabel 3.4 Generalization
No
|
Data
Bahasa Sumber
|
Data
Bahasa Sasaran
|
Penerjemahan
Kembali
|
1
|
Libur
ke Palangka kah kamu? (Na ; 0:36)
|
You
wanna go to Palangka Raya?
|
Kamu
akan pergi ke Palangka raya ?
|
Pada kalimat pertama, “libur” diterjemahkan menjadi
“akan pergi” (wanna go / will go)
dalam bahasa sasaran. Kata “libur” dalam konteks kalimat adalah “bepergian saat
hari libur”, namun kata “wanna go”
hanya berarti akan pergi dalam artian luas.
b.
Pergeseran
makna paling dominan dalam penerjemahan subtitle
film pendek kaliwood Palangka Raya
Setelah menganalisa data, selanjutnya adalah
memanifestasikan data mengenai pergeseran makna. Bentuk manifestasi data
tergambar dalam kategori pergeseran makna.
Tabel berikut merupakan manifestasi pengelompokkan data pergeseran makna
dalam subtitle Film pendek kaliwood Palangka
Raya.
Tabel 3.5
Manifestasi Pergeseran makna
No
|
Kategori Pergeseran Makna
|
Frekuensi
|
Persentase
|
1
|
Substitution
|
13
|
59%
|
2
|
Specification
|
1
|
4.5%
|
3
|
Generalization
|
6
|
27.5 %
|
4
|
Deviation
|
2
|
9 %
|
5
|
Reversal
|
0
|
0 %
|
Total
|
22
|
100%
|
Ditemukan empat
kategori pergeseran makna dalam artikel ini, yakni deviation
sebanyak 2 (9%), substitution
sebanyak 13 data (59%), specification
sebanyak 1 data (4.5%), dan generalization (27.5%).
Dari tabel 3.5 mengenai manifestasi pergeseran makna, menunjukkan
ketegori pergeseran
makna yang paling dominan terjadi dalam
penerjemahan subtitle film pendek
kaliwood Palangka Raya yakni substitution. Penerjemah
menggunakan kategori tersebut dalam penerjemahan dikarenakan substitution terjadi karena kata
atau kalimat yang spesifik dalam bahasa sumber digantikan dengan bahasa target
dalam proses penerjemah supaya sesuai dengan aturan sistem bahasa sasaran dan
berterima dalam bahasa sasaran.
c.
Kelengkapan
informasi dalam subtitle dibandingkan
dengan bentuk lisan dalam film pendek Kaliwood Palangka raya
Kelengkapan informasi yang dimaksud adalah adanya
penambahan, pengurangan dan pemertahanan informasi dalam subtitle. Dari data penerjemahan subtitle ditemukan informasi yang ditambahkan, dikurangi dan
dipertahankan. Contoh dari kelengkapan informasi dari subtitle film kaliwood Palangka Raya, sebagai berikut;
Tabel 3.6 Kelengkapan Informasi
No
|
Data Bahasa Sumber
|
Data Bahasa Sasaran
|
Penerjemahan Kembali
|
Kelengkapan Informasi
|
1
|
Hutan gambut sudah dibakar. Hayati. Tidak, hayati,
tidak. (Hayati, 01:42)
|
Gambut has been burned, hayati. No, Hayati No.
|
Gambut telah terbakar, Hayati. Tidak, Hayati, tidak.
|
Dipertahankan
|
2
|
Bung, turunkan tangan mu bung, (Nb, 00 ; 38)
|
Bung, Lower your hands!
|
Bung, turunkan tangan anda!
|
Dipertahankan
|
3
|
Jemputin
ntar (Jangan kesini, 00:32)
|
Pick me up
later at the airport, okay?
|
Jemput saya di
Bandara ya
|
Ditambah
|
4
|
Tidak, nanti,
capek (Nb; 00;29)
|
Not now,
later, I’m tired
|
Tidak
sekarang, nanti, saya capek.
|
Ditambah
|
5
|
Cegukan gue
sagon bro (Na ; 25)
|
With sagon bro
|
Dengan sagon
bro
|
Dikurangi
|
6
|
Kabut asap ini
darurat, Bahaya bung (Nb:58)
|
This haze, is dangerous
|
Kabut asap ini
bahaya
|
Dikurangi
|
Tabel 3.6 diatas
merupakan tabel mengenai kelengkapan informasi yang terdapat dalam subtitle film pendek Kaliwood Palangka
Raya. Pada kalimat pertama dan kedua merupakan contoh adanya informasi yang
dipertahankan dalam penerjemahan. Kalimat pertama, kata ‘gambut’ dari bahasa
sumber tetap dipertahankan menjadi ‘gambut’ dalam bahasa sasaran. Selanjutnya
pada kalimat kedua, penerjemah mempertahankan kata ‘bung’ dari bahasa sasaran.
Kata ‘bung’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna abang
(panggilan akrab kepada seorang laki-laki).
Pada kalimat
ketiga dan keempat, terlihat adanya informasi yang ditambahkan. Kalimat ketiga
adanya penambahan informasi mengenai setting tempat yakni bandara. Dialog ini
terjadi saat percakapan antar pemain dalam telepon. Melihat dialog sebelumnya
bahwa rencana pemain pertama akan mengunjungi pemain kedua. Dan diakhir cerita,
pemain kedua tiba dibandara dan bertemu dengan pemain kedua. Pada kalimat
keempat, penambahan subjek dalam kalimat. Hal ini dikarenakan perbedaan gaya
tutur bahasa sumber dengan gaya tulisan bahasa sasaran.
Pada kalimat kelima dan keenam, menunjukkan adanya
informasi yang dikurangi dalam subtitle.
Pada kalimat kelima, penerjemah menghilangkan kata ‘cegukan’ dalam bahasa
sasaran, akan tetapi mempertahankan kata sagon. Jika melihat kedalam dialog,
pemain memperagakan keadaan sedang cegukan. Pada kalimat keenam, penerjemah
menghilangkan kata ‘bung’ dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.
d.
Faktor
yang menyebabkan terjadinya pergeseran makna dalam subtitle film pendek Kaliwood Palangka Raya.
Setelah
kategori pergeseran makna dan kelengkapan informasi dianalisa, selanjutnya
menganalisa faktor yang melatarbelakangi pergeseran makna yang terjadi didalam subtitle.
a)
Faktor
gramatik, perbedaan antara tindak tutur bahasa sumber dengan ragam tulis bahasa
sasaran, menyebabkan penambahan informasi yang terjadi. Seperti pada contoh
kalimat ‘Tidak, nanti, capek’ yang diterjemahkan menjadi “Not now, later, I’m tired.” Kata ‘capek’ menjadi ‘saya capek’
mendapat tambahan ‘I’m atau saya’
dari gramatik bahasa sasaran.
b)
Faktor
Linguistik, faktor kebahasaan dalam suatu bahasa. Seperti kalimat ‘libur ke
Palangka kah kamu?’ dari bahasa sumber yang kemudian diterjemahkan menjadi ‘you wanna go to Palangka Raya?’ atau
dilihat dari penerjemahan kembali ‘Kamu akan pergi ke Palangka raya kah?’. Kata
‘libur’ diterjemah menjadi ‘akan pergi’, yakni karna ungkapan kebiasan
masyarakat mengucapkan liburan yang berarti bepergian.
c)
Conventionalization
of implicature,
berhubungan dengan maksud peristiwa. seperti contoh pada kalimat ‘jemputin
ntar’ yang diterjemahkan menjadi ‘pick me
up later at the airport, okay?’ atau didalam penerjemahan kembali menjadi
‘Jemput saya di Bandara ya’. Maksud dari kalimat ‘jemputin ntar’ adalah meminta
dijemput disuatu tempat, kemudian penerjemah menambahkan kata tempat.
d)
Faktor
sosial masyarakat, berhubungan dengn makna kata yang ada dalam masyarakat.
seperti contoh pada kalimat ‘atau karna mereka semua itu pakai roda empat’ yang
diterjemahkan menjadi ‘or it is because
they all use cars?’ yang jika dilihat dari penerjemahan kembali menjadi
‘atau apakah mereka semua memakai mobil?’. Kebiasaan orang Indonesia
menggunakan kata roda empat yang berarti mobil dan roda dua berarti sepeda
motor, sehingga penerjemah menerjemah frasa ‘roda empat’ menjadi ‘mobil’.
e)
Faktor
Bahasa Asing. Kontak bahasa dengan sumber menyebabkan penerjemah untuk memilih
mempertahankan bahasa atau meminjam bahasa asing kedalam bahasa sasaran.
Seperti pada contoh kalimat ‘hutan gambut sudah dibakar. Hayati. Tidak, hayati,
tidak’ yang diterjemahkan menjadi ‘gambut
has been burned, hayati. No, Hayati No’ dan jika dilihat dalam penerjemahan
kembali ‘gambut telah terbakar, Hayati. Tidak, Hayati, tidak’, dalama hal ini
penerjemah mempertahankan kata ‘gambut’ dalam bahasa sasaran. Kata ‘gambut’
jika diterjemahkan kedalam bahasa Inggris menjadi ‘turf’.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Dalam
penerjemahan dua bahasa yang berbeda, penerjemahan haruslah dibuat semudah
mungkin untuk dipahami oleh pembaca. Setelah menganalisa pergeseran makna,
kelengkapan informasi dan faktor yang mempengaruhi pergeseran makna dalam
penerjemahan subtitle film pendek
Kaliwood Palangka Raya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, Pergeseran makna yang terjadi didalam penerjemahan subtitle film pendek Kaliwood Palangka Raya yakni deviation sebanyak 2 (9%),
substitution sebanyak 13 data (59%),
specification sebanyak 1 data (4.5%),
dan generalization (27.5%),
sedangkan untuk jenis pergeseran makna reversal
tidak ditemukan. Kedua, Kategori pergeseran makna yang paling dominan
dalam penerjemahan subtitle film
pendek Kaliwood Palangka Raya adalah substitution.
Hal ini dikarenakan karena kata atau kalimat yang spesifik dalam
bahasa sumber, digantikan dengan bahasa target dalam proses penerjemah supaya
sesuai dengan aturan sistem bahasa sasaran dan berterima dalam bahasa sasaran.
Ketiga, dalam hal kelengkapan informasi dalam
penerjemahan subtitle film pendek
Kaliwood Palangka Raya, ditemukan informasi yang ditambahkan, dikurangi dan
dipertahankan. Hal ini berkaitan dengan konteks situasi dialog dalam film.
Keempat, ditemukan lima faktor yang mempengaruhi pergeseran makna dalam subtitle film pendek Kaliwood Palangka Raya,
yakni faktor gramatik, faktor kebahasaan, faktor conventionalization
of implicature, faktor sosial masyarakat, dan faktor bahasa asing.
Saran
Kegiatan penerjemahan yang semakin berkembang dengan
berbagai sudut pandang keilmuan sangat menarik untuk
diteliti. Diperlukan kejelian dan kecermatan dalam menganalisa pergeseran makna
ini karena beberapa konsep dapat saling berkaitan sehingga tidak terjadi
kekeliruan dalam analisisnya.
Daftar Pustaka
Agustine, Diar Ajeng,. (2014). Semantic Shift in The
English-Indonesian Translation of Tintin Comic Series “The Adventures of
Tintin: The Black Island”. Journal
Rainbow: Journal of Literature, Linguistics and Cultural Studies, 3 (1),
18-26. (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/rainbow).
Aminuddin. (2008). Semantik
“Pengantar Studi tentang Makna”. Bandung: Sinar Baru Agensindo.
Catford, J.C, (1965). A
linguistic theory of Translation. London ; Oxford University Pres Inc.
Hastuti, Endang Dwi,
Nunun Tri Widarwati, Giyatmi, dan Ratih
Wijayava,. (2011). Analisis Terjemahan Film Inggris - Indonesia: Studi Kasus Terjemahan Film “Romeo And
Juliet” (Kajian Tentang Strategi Penerjemahan). Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat LPPM Univet
Bantara Sukoharjo tahun 2011. sukoharjo: LPPM Univet Bantara.
Hornby, A.S., (2008). Oxford
Learner Pocket Dictionary. (4th ed). New York: Oxford University Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2010). KBBI Offline Versi 1.1. http://ebsoft.web.id.
Larson, Mildred. A. (1984). Meaning Based Translation. Lanham : University Press of America.
Machali, Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa.
Moleong, Lexy. J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mongabay.co.id. Inilah
Film-film Melawan Asap Anak Muda Kalteng. Diakses pada 2 April 2016 dari
http://www.mongabay.co.id/2015/10/16/inilah-film-film-melawan-asap-anak-muda-kalteng/.
Newmark, P,. (1988).
A Textbook of Translation.
Hertfordshire: Prentice hall.
Nida, Eugene
A. & Taber. Charles R. (1982). The Theory and Practice of Translation, Netherlands : E.J.
Brill, Leiden.
Nugraheni, Yunita. (2006). Perubahan Makna Pada Istilah
Ekonomi. Jurnal Value Added, 2 (2),
1-15. (http://jurnal.unimus.ac.id)
Putra, Hutama. (2015). Perubahan Makna Pada Wacana Humor
Cak Lontong. Artikel Publikasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Riemer, Nick. (2010). Introducing
Semantics. Cambridge: Cambridge University Press
Teguh. (2014). Bentuk Equivalence and Translation Shift
dalam Subtitle Drama Korea Daejangeum 鲵녚鞽 (Jewel
in the Palace). Tesis, tidak
dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta
Tanjung, Sufriati,. (2015). Penilaian Penerjemahan Jerman – Indonesia. Yogyakarta : Kanwa
Publisher
Youtube.com. Channel
Kaliwood. Di akses pada 2 April 2016 dari
https://www.youtube.com/channel/UCFh-vi_j5Ml313P9G9zTk7A,.
Post a Comment
Post a Comment